Dibalik Logo HUT Ke-266 Kota Yogyakarta

Yogyakarta - Sebuah kota diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono I pada 7 Oktober 1756 di antara sungai Winongo dan sungai Code. Itulah Kota Yogyakarta yang tetap kokoh berdiri hingga saat ini, 266 tahun setelahnya, dengan segala jalan ceritanya yang istimewa seperti kotanya sendiri. Makna tema dan logo yang dibuat untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Yogyakarta ke-266 juga istimewa seperti istimewanya Kota Yogyakarta bersama ceritanya.

Tema yang dipilih untuk memperingati HUT Kota Yogyakarta kali ini adalah "Sulih, Pulih, Luwih". Ketiga kata ini dipilih bukan tanpa makna di baliknya. Pertama adalah "Sulih" yang memiliki makna berpindah dan beradaptasi dalam keadaan baru yang lebih baik. Selanjutnya, kata "Pulih" yang bermakna sembuh. Kemudian, kata terakhir, "Luwih" yang menunjukkan harapan untuk bisa berkembang menjadi lebih baik. 

Tema "Sulih, Pulih, Luwih" dimaknai sebagai bentuk kondisi Kota Yogyakarta bersama seluruh elemen di dalamnya yang berhasil beradaptasi hingga melewati pandemi Covid-19 dengan fase lebih baik. Semangat yang terkandung dalam tema tersebut adalah semangat dan tekad bersama bangkit menuju pada situasi normal, kondusif, hingga bangkit menuju kondisi yang lebih baik. Bersamaan dengan tema ini, dibuatlah logo dengan makna yang senada.

Logo yang dibuat untuk memperingati HUT Kota Yogyakarta Ke-266 berupa gunungan dengan lima elemen yang menyusunnya. Kelima elemen ini antara lain motif lengkung emas, motif flora hijau, ornamen ulir tugu, ornamen umpak joglo, dan motif gurdo. Tiap elemen ini memiliki maknanya sendiri-sendiri.

1. Motif Lengkung Emas

           

Motif lengan emas ini melambangkan seorang raja atau pemimpin. Motif ini diambil dari ornamen lampu Jogja serta berpasangan  dengan motif flora hijau.

2. Motif Flora Hijau

       

Motif Flora hijau ini memiliki makna sebagai rakyat atau masyarakat. Motif ini diambil dari ornamen lampu Jogja, sama seperti Motif Lengan Emas. Motif Lengan Emas dan Flora Hijau yang berpasangan ini bermakna bersatunya raja atau pemimpin dengan masyarakat.

3. Ornamen Ulir Tugu

           

Motif Ulir Tugu menyimbolkan Tuhan Yang Maha Esa. Makna dalam motif ini adalah taat dan menjalankan perintah Tuhan yang Maha Esa. Motif ini diambil dari ulir yang ada pada Tugu Jogja, Tugu Pal Putih.

4. Orname Umpak Joglo

        

Ornamen Umpak Joglo melambangkan Muhammad atau spirit Rasulullah. Makna dalam ornamen ini adalah semangat untuk menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang telah dibawa Rasulullah. Perlambangan ini bukan berarti menonjolkan salah satu agama, yaitu agama Islam saja, dan mendiskreditkan agama lain. Akan tetapi, Rasulullah memang diakui sebagai seorang tokoh yang paling berpengaruh sepanjang sejarah oleh dunia. Selain itu, nilai-nilai yang beliau sampaikan tidak bertentangan dengan ajaran kebaikan dari semua agama yang ada. Ornamen ini diambil dari umpak joglo.

5. Motif Gurdo

        

Motif Gurdo atau ekor Garuda menggambarkan terbang tinggi seperti Burung Garuda. Makna dalam motif ini ialah sebuah cita-cita yang tinggi. Motif ini terinspirasi dari gambar ekor Sang Garuda.

Secara filosofis berdasarkan makna pada tiap elemen penyusun logo HUT Kota Yogyakarta ke-266, logo ini menunjukkan cita-cita pembangunan Kota Yogyakarta hanya akan terwujud melalui usaha serta kebersatuan para pemimpin dan masyarakat yang didasarkan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan nilai-nilai agama atau kepercayaan masing-masing.

Dirgahayu Kota Yogyakarta.